KUMPULAN TULISAN SISWA SMKN 7 JAKARTA TENTANG G7KAIH

Nama : Adinda Noor Rizki

 Kelas : XII DKV 1

 

Belajar Beribadah dengan Tulus

 

Setiap pagi, Anin sering terburu-buru berangkat ke sekolah. Ia jarang sempat berdoa sebelum keluar rumah. Begitu juga saat malam hari, ia sering lupa shalat karena sibuk bermain di ponselnya. Lama-kelamaan, Anin merasa hidupnya tidak tenang. Ia sering gelisah dan mudah marah tanpa sebab.

Suatu hari, ibu menegurnya dengan lembut. “Coba Anin biasakan berdoa dan salat tepat waktu. Hati akan terasa lebih tenang,” katanya. Anin pun mulai mencoba. Ia menyiapkan alarm untuk salat, menyalakan ponsel saat beribadah, dan berdoa setiap selesai belajar. Ternyata, kebiasaan kecil itu membuat hidupnya berubah. Ia merasa lebih damai, lebih sabar, dan hari-harinya terasa lancar.


Kini, Anin sadar bahwa berdoa dan beribadah dengan baik bukan hanya kewajiban, tapi juga kebutuhan hati. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, ia merasa lebih kuat menghadapi setiap tantangan hidup



KINANTI

XII DKV-1

Lampu di Ujung Jalan


Setiap malam, Jalan Kenanga selalu gelap. Lampu jalan rusak sejak berbulan-bulan, tapi tak ada yang diperbaiki. Orang-orang hanya mengeluh. “Bahaya kalau lewat sini,” kata Bu Sinta, penjual gorengan di ujung jalan. Namun setelah itu, semua kembali sibuk dengan urusannya sendiri.

Sampai suatu malam, Rafi—seorang siswa SMK yang tinggal di gang itu—melihat anak kecil hampir terjatuh karena jalan berlubang. Sejak saat itu, dia merasa harus melakukan sesuatu. Esok paginya, ia mendatangi para tetangga satu per satu.
“Kalau kita patungnya sedikit, mungkin bisa pasang lampunya sendiri,” katanya.

Awalnya banyak yang ragu. Tapi ketika Rafi membawa kaleng bekas biskuit untuk menampung uang sumbangan, satu demi satu warga mulai ikut. Ada yang memberi uang, ada yang memberi kabel bekas, bahkan Pak Darto yang tukang las menawarkan membuat tiangnya.

Minggu sore, warga bekerja bersama. Anak-anak memegang tangga, para memasang kabel, ibu-ibu menyiapkan teh hangat. Tak ada yang mengatur, semua bergerak karena ingin lingkungannya lebih baik. Saat matahari terbenam, lampu sederhana itu akhirnya menyala.

Cahaya kuningnya mungkin tidak terlalu terang, tapi cukup untuk membuat Jalan Kenanga tampak hidup kembali. Warga tersenyum bangga melihat hasil kerja mereka sendiri.

Malam itu, Bu Sinta menatap lampu berkelap lembut dan berkata,
“Kalau saja dari dulu kita mau bergerak bersama, mungkin jalan ini tak akan pernah gelap.”

Rafi tersenyum. Ia tahu, terkadang cahaya bukan hanya datang dari lampu—tapi dari hati yang mau peduli.


Kesimpulan:

Kehidupan bermasyarakat akan lebih baik jika setiap orang mau peduli dan bekerja sama. Permasalahan sepele apa pun dapat terselesaikan bila warga tidak hanya mengeluh, tetapi saling membantu dan berinisiatif untuk mengambil tindakan.







TOP